Rabu, 06 November 2013

Hati, Kaki, dan Ember

image source:http://bazzcethol.com 

Pernahkah anda menyaksikan pedagang ember keliling seperti foto di atas?
Sepertinya sudah tidak asing, juga pedagang-pedagang keliling lainnya yang serupa. Ada jual kasur (matras), jual meja kecil, jual sapu, jual karpet bergulung-gulung, semuanya dilakukan dengan berjalan kaki.


Saat saya melihat kegigihan mereka menawarkan barang keliling kampung, panas terik siang hari, berjalan kaki, berseru, "ember...embernya bu..." atau menyeru dengan barang lainnya. Ah.. saya jadi membayangkan, dengan logika dangkal yang saya atau kebanyakan orang punya, mungkin akan bingung dan bertanya-tanya, mengapa mereka bisa begitu gigih ? Bukankah ember, karpet, meja yang mereka jajakan keliling merupakan barang yang tak begitu ibutuhkan setiap saat sebagaimana makanan atau misalnya pulsa? Mungkin dari kiloan meter yang mereka tempuh, dari puluhan rumah yang dilewati, bisa jadi hanya ada satu pembeli, namun mereka tetap melakukannya.

Luar biasa. Itulah saya, atau kita, biasanya mengukur dengan kacamata kita sendiri, merasa pesimis jika kita yang melakukan pekerjaan seberat itu. MErasa ragu apa akan ada pembeli yang membeli barang kita?

Namun, jika saya berkesempatan, saya ingin tahu kaca mata mereka sendiri, bagaimana mereka bisa sangat optimis mencari penghasilan yang halal dengan kerja yang melelahkan sekali semacam itu, mereka enggan mengemis. Bahkan saya pikir, bisa jadi dalam sehari tak ada pembeli sama sekali. Lalu bagaimana bisa menafkahi keluarganya atau diri sendiri? Namun saya ingat, ada Allah yang Maha Pemberi Rizqi.
Tanpa kita pernah tahu, rizqi dari Allah itu bisa datang dari arah yang tidak kita duga-duga. Bagi kita mungkin pekerjaan melelahkan itu merupakan pintu rizqi yang tidak begitu baik, namun, apa yang sulit bagi Allah yang Maha Pemberi Rizqi?

0 komentar:

Posting Komentar