Senin, 29 April 2013

HARI BUMI 22 APRIL : Sebuah Kontemplasi Kerusakan Bumi


HARI BUMI 2013 : Kontemplasi terhadap Kerusakan Bumi

Oleh Mohammad Rizqon Febriansyah
Setiap tanggal 22 April, hampir seluruh negara di dunis memperingati Hari Bumi. Hari Bumi diperingati untuk membangun kesadaran dan rasa penghargaan terhadap bumi yang selama ini kita tinggali. Peringatan ini dicanagkan oleh Seenator Amerika Serikat bernama Gaylord Nelson pada tahun 1970, ia merupakan seorang pengajar lingkungan hidup. Pada tanggal ini bertepatan dengan musim semi di bumi bagian utara dan musim gugur di bagian selatan.

Berbicara mengenai bumi, kita sebagai Umat Islam, harusnya lebih memberi  penghargaan terhadap bumi yang kita tinggali ini. Dalam Al-Qur’an, kata “ardh” yang berarti bumi disebutkan sebanyak 461 kali. Hal ini menunjukkan betapa besarnya Allah memberi perhatian pada bumi yang kita tinggali ini.

(Mengapa kamu ragu-ragukan kekuasaan Kami menghidupkan semula orang-orang yang telah mati?) Bukankah Kami telah menjadikan bumi (terbentang luas) sebagai hamparan?” (QS An-Naba’ : 6)

Ayat di atas adalah salah satu contoh bagaimana Allah berfirman mengenai bumi. Demikianlah kekuasaan Allah, menciptakan bumi sebagai hamparan untuk kita tinggali. Maka sebagai orang beriman, kita harus benar-benar mensyukurinya. Namun, sekitar satu abad belakangan ini, bumi kian menunjukkan kerusakan yang terjadi padapermukaannya. Mulai dari adanya polusi tanah, air, udara, yang semuanya itu akhirnya mengakibatkan dampak yang lebih luas lagi yaitu peningkatan suhu yang selama  ini kita kenal dengan Global Warming.
Kita bisa mengetahui bahwa awal mula kerusakan ini adalah adanya revolusi industri besar-besaran di Eropa yang membuat banyak sekali perubahan dalam pabrik yang kian banyak menggunakan tenaga mesin yang mengeluarkan asap, kemudian revolusi itu menyebar kemana-mana termasuk Indonesia. Selain itu, kita juga mengetahui bahwa adanya perang besar yang terjadi pada abad 20, yaitu perang dunia 1 dan 2, telah merenggut banyak nyawa, menumbangkan pohon-pohonan, pengerukan sumber daya besar-besaran, akhirnya menyumbang besar dalam perusakan bumi. Sehingga, ayat Allah yang agung kini sedang terjadi :

Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS Ar Ruum:41).

Akhirnya, selain aneka polusi dan krisis sumber energi, kita sering dilanda bencana alam. Bencana alam ini, rupanya bisa pula karena bumi ini, penduduknya kian durhaka pada Allah ta’ala. Manusia kebanyakan berbuat maksiat. Seperti yang tersebut dalam ayat Allah di atas.

Jauh sebelum
Gaylord Nelson mencanangkan peringatan hari Bumi pada 1970 untuk menyadarkan manusia agar lebih mengapresiasi bumi mereka sendiri dan tidak merusaknya, Allah melalui Al-Qur’an telah terlebih dahulu mengkampanyekan hal ini. Mari kita simak ayatnya :

Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allâh sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. (QSS Al-A’raf : 56)

Lalu, bagaimanakah kita menyikapi ayat ini sekaligus menyikapi Peringatan Hari Bumi dan juga realita bahwa bumi hari ini kian menuju kehancurannya? Apa aksi kita sebagai Muslim untuk membantu menyelamatkan bumi dan penduduknya dari kerusakan yang lebih besar lagi, atau setidaknya mengulur waktunya? Inilah sebuah pertanyaan yang akan terjawab dengan sangat luar biasa oleh keagungan dan kesempurnaan agama ini.

Al-Islam telah memberi solusi yang begitu cemerlang. Mari kita simak sabda nabi Muhammad Sholallahu ‘alaihi wassallam berikut :

1. “Tak ada seorang muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman, lalu burung memakannya atau manusia atau hewan, kecuali ia akan mendapatkan sedekah karenanya.”
[HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab AL-Muzaro'ah (2320), dan Muslim dalam Kitab Al-Musaqoh (3950)]

2. “Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya.”
(HR. Imam Muslim Hadits no.1552)

3. “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu tanaman itu dimakan manusia, binatang ataupun burung melainkan tanaman itu menjadi sedekah baginya sampai hari kiamat.”
(HR. Imam Muslim hadits no.1552(10))
4. “Sekiranya hari kiamat hendak terjadi, sedangkan di tangan salah seorang di antara kalian ada bibit kurma maka apabila dia mampu menanam sebelum terjadi kiamat maka hendaklah dia menanamnya.”
(HR. Imam Ahmad)

MasyaaLLaah. demikianlah solusi yang ditawarkan Islam. Ia tak sekedar mengandung makna akan adanya manfaat dari sisi duniawi semata, namun ia akan pula sampai ke akhirat, yaitu adanya pahala dalam kebaikan tersebut.

Pesan tersebut disabdakan oleh Rosulullah mulia Muhammad Shollallahu ‘alaihi wassallam, dimana perkataan beliau tidakah datang dari hawa nafsunya, namun melalui bimbingan Allah ta’ala. Pesan tersebut telah disabdakan semenjak 14an abad yang lalu, jauh sebelum organisasi-organisasi semacam GreenPeace berdiri untuk mengajak mencintai lingkungan. Dari hal terkecil dan sederhana saja, Islam telah menganjurkan Umatnya untuk menanam pohon dengan balasan pahala yang sedemikian rupa, bahkan dalam hadits yang memerintahkan tetap menanam meski kita akan tahu bahwa esok harinya akan terjadi kiamat, selain mengandung makna penyelamatan bumi sampai dipenghujungnya dengan cara menanam pohon, hadits tersebut pun menyiratkan makna bahwa tidak ada kata terlambat untuk berproses menjadi lebih baik, termasuk urusan memperbaiki lingkungan.

Mengapa harus pohon? Iya, karena awal petaka yang terjadi di bumi ini, secara langsung maupun tidak bermula dari berlebihannya jumlah pohon yang ditebang untuk memenuhi kebutuhan manusia. Secara langsung, berkurangnya pohon menyebabkan luas paru-paru dunia menyempit, artinya, polusi udara yang terjadi kian sulit difilter dan dijernihkan oleh pepohonan ini melalui dedaunannya yang hijau. Secara tak langsung, dengan berkurangnya populasi pohon, banyak sekali tanah-tanah yang menjadi semakin kering dan gersang, lahan penyerapan air berhenti bekerja, akhirnya terjadi kerusakan seperti tanah longsor dan banjir.

Nah, sebagai penutup, yuk kita sebagai Muslim harus lebih cinta terhadap lingkungan di atas bumi ini daripada ummat yang lain. Mulai dari hal kecil, dari diri sendiri, dan mulai dari sekarang. Bijak-bijaklah menggunakan energi, membuang dan memilah sampah pada tempatnya, dan jika ingin meraih pahala yang lebih, yuk kita menanam pohon, untuk menghidupkan sunnah Rosulullah, juga untuk menyelamatkan bumi kita yang kian gersang dan rusak ini. (rizqon)

0 komentar:

Posting Komentar