Selasa, 23 April 2013

Sejarah mencatat, dan aku mencatat sejarah


Di laptopku pukul 00.02 dini hari. Jari jemari gatal untuk berlompatan ria di atas tuts-tuts berukir alfabet. Kalau biasanya sejarah "mencatat"kan sesuatu, kali ini aku hanya ingin bergantian mencatat sejarah. Tak perlu pusing, tak banyak yang ingin aku catatkan.

Jika sejarah mencatat hal-hal besar, aku ingin mencatat sejarah-sejarah kecil yang ada dalam hidupku. Sebagian keci. Kini aku semester 4 di perguruan tinggi negeri yang berada di kota Solo. Inilah pengalamanku, sudah hampir sebulan ini, aku bekerja partime di dua bidang berbeda. Sebenarnya agak lucu menyebutnya sebagai sebuah bidang yang biasanya menjurus pada suatu keahlian khusus.

Usai sholat maghrib, aku bergegas ke sebuah counter pulsa kecil milik seorang kakak tingkatku di kampus. Tentu bukan untuk membeli pulsa, tapi akulah yang menjaga counter tersebut dan melayani para pembeli pulsa hingga pukul 21.00 malam. Dari menjaga counter, banyak sekali kisah-kisah menarik  yang aku temukan di masyarakat.

Namun aku tak ingin berpanjang lebar bercerita soal itu, lain waktu saja jika aku ingat, kurang lebih itu akan membawa pada tema bersyukur, keluguan, perbedaan sudut pandang antara mahasiswa dengan masyarakat pada umumnya, dan sebagainya.


Lalu kerja partime-ku yang satunya adalah, mengantarkan laundry dari kios ke sebuah rumah cuci dan sebaliknya. Tidak terlalu banyak memakan waktu, hanya sedikit lebih bertenaga. Motor trailku yang terkesan "tampan dan gagah" (ini subjektif), harus rela memikul bronjong atau bakul di jok belakangnya, untuk memuat laundry bersih maupun pakaian kotor. Ah ya, akhirnya aku merasakan bermotor dengan beban seperti itu seperti abang-abang tukang bakso. Usiaku 20 tahun, dan itulah sejarah kecil yang berhasil kucatat. Orang tuaku tak tahu soal itu. Jika tahu, pasti aku sudah berhenti (diminta berhenti) hhe...

Biarkan ini menjadi sarana latihanku untuk lebih menghargai rizqi berupa uang (rizqi tak selalu identik dengan uang). Aku jadi mengerti bagaimana kerasnya orang tua bekerja, orang-orang bekerja, terik, panas, hujan, dan dingin. Dari sini pula aku akan belajar memahami arti tanggung jawab, latihan untuk menafkahi kelak jika aku telah menikah :D

Tentu saja kelak, anak-anakku pun akan tahu, aku tak ingin bercerita sok gagah, namun inilah hidup. Jangan pernah sungkan dan malu bekerja di bidang apapun, serendah apapun dimata orang, karena fokus kita bekerja adalah mendapatkan ridho dari Allah :) Derajat kita sungguh tak ditentukan dari pekerjaan dan materi. Namun seberapa taqwakah kita padaNya?

Solo, 24 April 2013


0 komentar:

Posting Komentar