Minggu, 07 April 2013

ISLAM MENJAGA AKAL MANUSIA


Agama Islam, dengan segala aturan yang ada di dalamnya, baik hal besar sampai yang detail kecil kehidupan kita, hadir untuk menjaga 5 hal :

1. akidah, 2. akal, 3. darah, 4. kehormatan dan nasab(keturunan), 5. harta

saat ini saya tergelitik dengan hal kedua, yaitu akal.

Dalam hal ini, contoh kecil bagaimana Islam menjaga akal manusia adalah adanya larangan meminum Khamr (sgala jenis minuman yang memabukkan, menekan atau mempengaruhi kerja otak dan syaraf, sehingga kesadarannya terganggu), dengan menghindari khamr, akal lebih sehat dan terjaga, kesadarannya baik. Itu contoh kecilnya.

Selain itu, orang-orang yang berusaha memperbaiki akhlaknya, secara otomatis, kecerdasan akalnya semakin meningkat. Orang-orang yang baik akhlaknya, ketika dia adalah seorang yang rendah dari sisi akademisnya, ia akan secara otomatis memiliki kecenderungan berpikir panjang dalam bersikap kepada orang lain. Ia meninggikan sendiri kualitas attitude-nya.

Kemudian, orang-orang yang mempelajari al-Qur'an dengan ikhlas, sering membaca tak sekedar terjemah, namun juga tafsirnya, tersentuh ayat-ayat Allah, ia akan semakin cerdas mengelola banyak hal. Menyusun pola pikirnya, memperbaiki cara bicara, menjaga kesehatannya, pokoknya akalnya semakin bekerja lebih baik. Karena semua itu adalah ilmu dari Allah.
Itu sekedar prolog.

Benar saja, rata-rata orang yang jauh kehidupannya dari ajaran agama, entah pengaruh lingkungan, tak pernah diajarkan orang tua, dsb, memiliki kecenderungan nalar atau akal yang aneh. Saya menyaksikan kelompok-kelompok gank motor yang liar, suka mabuk, pergaulan bebas, itu kebanyakan dari kalangan yang kurang dibekali pemahaman agama yang baik.

Lihat saja, attitudenya jadi jelek, saat ugal-ugalan tanpa helm, bukankah itu tandanya akalnya sedang "somplak" ga berpikir logis dalam menjaga keamanan dirinya?

Saat konvoi jalanan dengan pamer suara knalpot di saat orang-orang sedang sholat, waktu maghrib misalkan, bukankah itu pertanda hati dan akalnya sedang mati, atau rusak tercabik? mereka tak bisa sejenak berpikir, "orang-orang sedang ibadah, sebaiknya jangan ribut dengan knalpotku" atau setidaknya berpikir "ini jalanan umum, kalau kita konvoi rapat, ribut, ugal-ugalan, bukankah bisa membahayakan orang lain?"

Contoh lainnya, lihatlah orang-orang liberal. Yang mengaku rasional, menuhankan akalnya. Mereka berpikir mereka paling pintar, bahkan aturan Allah ditentang, merasa peru direvisi. Merasa lebih pintar dari Allah yang menciptakan alam raya seisinya?

Ada pula orang liberal pinggiran (dia cuma anak sekolahan, atau mahasiswa, bukan tokoh liberal) sama sekali tidak pernah mempelajari Islam, namun bisa merasa merivisi dan mengkritisi aturan Islam, padahal agamanya sendiri adalah Islam. Bukankah ini tidak logis? Katanya mahasiswa yang akademis, ilmiah, namun kenyataannya cara pandang terhadap aturan Islam sangat tidak ilmiah, main tuduh dan sangat subjektif, tak mau memakai akalnya. Padahal Islam begitu memuliakan akal yang sejati. Bukan akal-akalan versi kaum liberal.

Kesimpulannya, orang yang jauh dari Agama berarti menjauhkan diri dari sebuah paket penjaga akal. Akhirnya, akalnya rusak. Bahkan mungkin orang-orang liberal yang terlihat cerdas karena sekedar pandai bersilat lidah, akan terlihat sangat sangat bodoh di hadapan seorang anak SD yang dekat dan terjaga lingkungannya dengan Islam.
:)

Allahu a'lam.
Rizqon.

Solo - 7 April 2013

0 komentar:

Posting Komentar