Jumat, 15 Februari 2013

Pohon Delima Kenang-kenangan

Saat itu saya sedang sibuk ujian kenaikan kelas 7 SMP. Saat di sekolah seorang teman saya, Puji Trada membawa beberapa buah delima merah. Lalu saya pun kebagian sebuah. Ternyata buah tersebut dipetiknya dari pohon delima merah di rumahnya. Lalu dengan bercanda saya meminta anak pohon delimanya jika ada. Saya pun beruntung, ternyata di rumahnya ada bibit pohon delima.

Keesokan harinya, dia membawakan bibit pohon tersebut ke sekolah untuk saya. Berpotkan gelas air mineral bekas, bibit tersebut tingginya sekitar 10 cm. Dengan senang hati dan mengucap terimakasih, saya pulang dengan membawa bibit tersebut. Saya letakkan di belakang rumah, tepatnya di bawah tangki penampungan air yang tempatnya cukup teduh. Jadi pohon tidak terlalu kepanasan oleh terik sinar matahari kalau siang hari.

Setiap pagi dan sore saya sirami dengan semangat dan riang gembira, karena saya suka sekali buah delima. Dulu pertama kali memakan buah delima, saat ibu pulang dari Tanah Suci Mekkah. Saya pikir akan sulit sekali mendapatkan atau membeli buah delima di Sangatta,  alhamdulillah, Allah memberi saya kesempatan untuk mencicipinya lagi lewat teman saya yang mempunyai pohon tersebut. Terlebih lagi saya juga kebagian bibitnya untuk ditanam di rumah. Saat itu dalam hati saya berkata,"Duh.. senangnya jika kelak pohon tersebut berbuah."

Beberapa minggu kemudian, liburan sekolah tiba. Saya sekeluarga berlibur ke tempat saudara di Nusa Dua, Bali. Di rumah hanya ada rekan orang tua yang menjaga rumah. Saya tinggalkan pohon delima tersebut. Semoga saja tidak mati saat saya pulang dari Bali.

Ketika pulang dari liburan yang menyenangkan di Bali. Cukup menyedihkan, pohon delimanya kering, layu, dan sepertinya, entah siapa, tak sengaja menumpahkan cairan sejenis minyak ke pohon tersebut. Saya cukup sedih dan agak kecewa. Saya kecewa karena tidak bisa merawat bibit pohon delima pemberian teman saya.

Saya sudah tak tahu lagi, apakah bibit pohon delima tersebut masih bisa tumbuh atau tidak. Bibit pohon tersebut saya pindahkan posisinya, ke tempat yang lebih lembab dan berair. Saya membiarkannya mati. Karena saya tek tega hati membuangnya.

Karena telah sibuk masuk sekolah, saya tak memikirkannya lagi. Namun sebuah keajaiban. Saat lewat di dekat lokasi di mana "mantan" bibit delima yang saya pikir sudah mati, saya sepintas melihat ada sebuah tanaman hijau yang segar. Sekitar 30-40 cm tingginya.  Tak disangka dan tak di duga! Ternyata itu bibit pohon delima yang saya kira mati, kini tumbuh subur dan lumayan tinggi! Subhanallah...

Dengan semangat dan gembira, saya mulai menggali tanah di halaman belakang rumah. Saya pindahkan bibit pohon delima tersebut dari gelas air mineral bekas, ke lubang galian.

Setahun kemudian setelah saya merawatnya, hingga tingginya sudah kurang lebih 1 meter. Pohon tersebut berbunga. Bunga perdana! 
Dengan senang hati setiap hari saya memperhatikan bunganya tumbuh. Akhirnya beberapa bunga tersebut menjadi buah.

Ternyata cukup lama buah delima matang. Biasanya tanda-tanda buah delima merah matang, kulit luarnya memerah. Dengan sabar saya menyiram dan memotong rumput-rumput pengganggu di sekelilingnya. Sekitar dua bulan, buahnya sudah besar, sebesar genggaman tangan orang dewasa. Kulit luarnya pun hijau kemerah-merahan. Senang sekali rasanya. Ada kepuasan tersendiri jika tanaman yang sejak kecil ukurannya kita rawat, kini tumbuh subur dan berbuah. Subhanallah, sungguh karunia Allah, yang menumbuhkan bermacam buah-buahan dari tanah.

Dengan perasaan yang bahagia, saya bawa buah-buah delima itu ke sekolah untuk saya makan bersama teman-teman. Saya pun dengan semangat menceritakan tentang bibit pohon delima yang semula kecil menjadi besar dan berbuah. Yang semula saya pikir mati, kini tumbuh subur kepada teman saya, Puji Trada yang telah memberikan bibit tersebut. Tampaknya dia juga senang, karena saya bisa merawat bibit pohon tersebut.

Alhamdulillah.....

Sangatta, 17 Juli 2008, dengan rasa bahagia, saya menuliskan ini untuk tanda persahabatan.

Berarti saat ini, pohonnya sudah sekitar 7 tahun, masyaallah ^^

sumber : masrizqon.multiply.com

0 komentar:

Posting Komentar