Jumat, 06 Desember 2013

Nulis, Nglukis

Kadang, sebelum menulis, menekan tuts-tuts keyboard, saya harus memikirkan apa yang akan saya tulis, manfaatnya, dasar-dasarnya, dan lain lain selama beberapa menit. Setengah jam. Satu Jam. Namun di saat yang lain, bisa terjadi begitu saja. Nyalakan Notebook, buka media untuk menulis (ms word, blog, dll), langsung terketik apa yang ingin saya tulis.

Menulis. Rasanya, bisa dipandang culun, jika sudah seusia kepala dua namun masih membahas soal menulis. Apalagi sebenarnya sejak awal SMP saya sudah suka menulis. Ah, tidak ada yang terlambat. Bahkan penulis dengan karya ratusan best seller pun, tidak culun sama sekali jika akhirnya ia lagi-lagi harus menulis tentang "menulis". Menulis itu seperti cinta. Cinta, akan ditulis terus sepanjang zaman. Dengan aneka judul yang ada, pembahasan yang ada. Ia akan terus ditulis. Cinta akn terus dikobarkan dan diceritakan.

Sama dengan menulis. Ia akan selalu ditulis, dikobarkan, agar orang-orang yang baru lahir ke dunia, akan membaca lebih banyak artikel atau jurnal tentang menulis setiap masanya.
dokumentasi pribadi

Dalam mencari inspirasi untuk menulis, memang perlu kita tentukan dulu niat kita menulis. Jika masih belum punya niat ideal untuk menulis, terus saja menulis. Untuk melatih kebijaksanaan, kepekaan, mengolah data yang pernah kita terima, menyajikan pengalaman yang pernah kita dapatkan, agar bisa kita bagikan pada orang lain.

Saya hobi menulis sekaligus melukis. Meski pada faktanya karya lukis saya jauh lebih banyak daripada karya saya yang berbentuk tulisan.  Keduanya adalah hobi yang "melankolis", memakai perasaan. Sebab itulah, saya sangat jarang bahkan payah untuk menuliskan hal-hal yang sifatnya sangat ilmiah maupun objektif, karena emosi saya sangatlah kental.

Suatu ketika saya benar-benar badmood, lelah, hampir tertekan, bingung, dengan tugas perkuliahan yang saya kerjakan. Kalau saat itu tiba, saya memilih untuk tidur. Berharap bermimpi indah sebagai penghibur. Namun ada tiga kebiasaan lain yang juga saya lakukan ketika kondisi itu hadir. Saya langsung meninggalkan tugas-tugas kuliah saya tadi.

Pertama, saya memilih untuk mengambil kanvas atau kertas dan alat lukis saya, lalu saya pun melukis. Melukis apapun, baik dari objek nyata maupun fantasi. Jika hal itu tak berhasil karena tidak punya inspirasi melukis, saya memutuskan untuk pergi ke pasar ikan hias dan melihat-lihat ikan hias yang ada di sana hingga puas dan merasa segar.

Hal ketiga yang saya lakukan adalah pergi ke toko buku. Bukan untuk membeli, membeli adalah pilihan kesekian saya, sementara membaca di tempat, adalah pilihan kedua saya. Pilihan pertama ketika ke toko buku, justru adalah menyegarkan mata dengan melihat aneka desain dan warna cover-cover buku. Yang ujung-ujungnya setelah pulang dan sampai kamar, saya kembali menyusun ingatan-ingatan tentang warna tadi ke dalam kanvas untuk melukiskannya. Saya tidak hendak memindahkan cover buku di toko buku ke kanvas, melainkan saya mentransfer suasana hati ketika melihat cover-cover itu, ke dalam kanvas yang saya punya. Sangat menyenangkan.

Inspirasi bisa datang dari mana saja. Saya bisa dapatkan di luar, di sela-sela pepohonan, usai menonton film, dan banyak lagi.

0 komentar:

Posting Komentar